Jumat, 24 Juni 2016

ESSAY MOTIVASI KERJA JURUSAN AKUNTANSI



Motivasi Bekerja Tak Sesuai Jurusan Itu Sah-Sah Saja. Justru Banyak Keuntungan yang Akan Kamu Dapatkan Setelahnya.

Tak bisa dipungkiri bahwa terkadang bidang pekerjaan yang sekarang kita geluti ini melenceng dari jurusan sewaktu kuliah dulu. Kecemasan akan ilmu yang tak terpakai pun sering muncul. Kamu cemas bila ilmu yang telah didapat menguap begitu saja.
Percayalah, sebenarnya kamu tak perlu lagi merasa rugi. Karena justru ada banyak manfaat yang akan kamu dapatkan suatu hari nanti. Jika rasa cemas masih sering menghantui, berikut akan Hipwee jabarkan 6 alasan yang dapat meyakinkanmu.

Tak ada salahnya bekerja di bidang yang sangat berbeda sekali. Secara tak langsung kondisi ini akan memperuncing kemampuanmu beradaptasi.

Bekerja di tempat yang sangat berbeda dengan duniamu sebelumnya merupakan salah satu contoh nyata bahwa kamu telah keluar dari zona nyaman. Ini bukan merupakan hal yang harus dirutuki, sebaliknya ini adalah salah satu hal baik yang patut disyukuri. Dengan berani melangkahkan kaki keluar dari zona nyaman, serta merta akan mempertebal nyali dan memperuncing kemampuanmu untuk beradaptasi. Memulai serta mempelajari segalanya dari nol akan membantumu beradaptasi menyerap ilmu yang baru. Tuntutan supaya bisa bekerja secara profesional pun menggiringmu supaya kamu bisa beradaptasi lebih cepat lagi. Nantinya, secara tanpa disadari kamu tak akan kesulitan ketika harus beradaptasi di tempat yang baru lagi.

Tak hanya mendapat ilmu dari bangku kuliah saja. Bekerja di bidang berbeda memungkinkanmu punya deretan ilmu baru yang berbeda.

Berkecimpung di dalam dunia yang sangat berbeda justru akan memaksamu untuk belajar. Selain beradaptasi, kamu juga belajar mengenai hal baru. Tak hanya ilmu yang sudah didapat selama berkuliah saja yang tertanam di kepala, namun ilmu asing yang kamu pelajari di tempat kerja juga akan turut menambah saldo wawasan.
Sungguh, kamu harus menghapus ketakutan bahwa ilmu yang kamu miliki akan menguap begitu saja. Justru dengan bekerja di tempat yang tak sesuai jurusan kuliah ada banyak pula wawasan lain yang akan mengendap di kepala.

Ibarat keluar dari zona nyaman, kamu yang bekerja tak sesuai jurusan punya kesempatan menggali potensi lebih dalam.

Keluar dari zona nyaman tak hanya akan membuatmu belajar ilmu baru. Dengan dipaksa belajar dari awal, kamu pun jadi bisa menggali potensi yang terpendam. Ketika berada di dalam zona nyaman kamu terbiasa melakukan segala hal sesuai dengan kebiasaan. Bisa dikatakan bahwa rutinitas yang terjadi kemudian akan monoton dan membuatmu tak lagi melakukan hal yang baru.
Berbeda halnya ketika kamu berani melangkahkan kaki ke zona yang sama sekali berbeda. Tantangan akan menghampiri menunggu untuk dituntaskan. Dari sini kamu bisa melakukan segala cara yang belum pernah dicoba sebelumnya. Dan tanpa disadari akan pula menguak potensi yang selama ini bersembunyi di dalam diri.
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama  : P.A.Balowo.
Dosen  : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA




AKUNTANSI INTERNASIONAL JURNAL 3



Topik               :  INTELLECTUAL CAPITAL
Judul               : INTELLECTUAL CAPITAL : PERLAKUAN, PENGUKURAN DAN PELAPORAN (SEBUAH LIBRARY RESEARCH)
Nama Penulis / Peneliti : 1. Tjiptohadi Sawarjuwono
    2. Agustine Prihatin Kadir
Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru, bukan saja di Indonesia tetapi juga dilingkungan bisnis global, hanya beberapa negara maju saja yang telah mulai untuk menerapkan konsep ini, contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia. Pada umumnya kalangan bisnis masih belum menemukan jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimiliki oleh perusahaan.  Nilai lebih ini dihasilkan oleh modal intelektual yang dapat diperoleh dari budaya pengembangan perusahaan maupun kemampuan perusahaan dalam memotivasi karyawannya sehingga produktivitas perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan dapat meningkat. Oleh karena itu modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.  Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode penelitian kepustakaan  (library research).  Penelitian berbasis literatur merupakan bentuk penelitian yang menggunakan literatur sebagai obyek kajian.  Pendekatan ini sangat sesuai untuk kondisi Indonesia karena masih terbatasnya perusahaan yang mengimplementasikan hal tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu buku-buku, majalah-majalah dan dokumen-dokumen tertulis.  Selain itu digunakan juga artikelartikel yang diambil dari jurnal-jurnal akuntansi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa  intellectual capital statement merupakan bentuk laporan yang kompleks yang mengkombinasikan angka, narasi dari pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan dan visualsasi yang dapat berupa sketsa yang memberikan ilustrasi kerja modal intelektual. Dengan membaca  intellectual capital statement,  akan ditemukan sesuatu yang berbeda karena  intellectual capital statementdi bentuk dari tiga dimensi.  Pertama, intellectual capital statement  memiliki beberapa bentuk dari  knowledge narrative, yaitu suatu skenario yang menceritakan kemampuan perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut mampu melakukan aktivitas dengan baik.  Kedua  Intellectual capital statement  mengidentifikasikan sekumpulan tantangan  knowledge management berupa usaha-usaha manajemen untuk pengembangan dan kondisi pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Ketiga,  adanya pelaporan yang mengkombinasikan angka, visualisasi dan narasi dalam pendisainan komposisi untuk menunjukkan pengembangan sumber pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan ( Mouritsen et al.2001)
Dari uraian diatas kita dapat melihat bahwa pelaporan modal intelektual dalam laporan tahunan perusahaan tidak dimasukkan sebagai salah satu elemen dalan neraca walaupun modal intelektual lebih diidentikkan dengan  intangible asset, hal ini dikarenakan elemen-elemen pembentuk modal intelektual sulit untuk dikuantifikasikan. Alternatif yang dilakukan adalah menjadikan pelaporan modal intelektual sebagai suplemen dalam laporan keuangan. 
Sumber : Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei 2003: 35 - 57
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama  : P.A.Balowo.
Dosen  : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA

AKUNTANSI INTERNASIONAL JURNAL 2



Topik/ Tema                                       : International  Financial  Reporting  Standards (IFRS)
Judul                                                     : TINJAUAN TERHADAP KONVERGENSI IFRS (INTERNATIONAL
                                                            FINANCIALREPORTING STANDARTS)DENGAN PSAK (PEDOMAN
                                                            STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN) DI INDONESIA
Nama Penulis                                    :  1. Lea Emilia Farida
                                                                   2. Sirajudin
                International Accounting Standards yang lebih  dikenal  sebagai International  Financial  Reporting  Standards (IFRS).  IFRS  dikeluarkan  oleh International  Accounting  Standard  Boards(IASB),  yaitu  sebuah  lembaga  internasional yang  bertujuan  untuk  mengembangkan  suatustandar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan dan diterima secara internasional. AFCTA  merupakan  sebuah  pakta  (perjanjian internasional) perdagangan bebas antara kawasan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)  dengan  China,  yang  mulai  berlaku  efektif  mulai  Januari  2010. ASEAN atau  Persatuan Negara-Negara Asia Tenggara. ASEAN berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok dengan tujuan  untuk  mengukuhkan  kerjasama  sekawasan Asia Tenggara. Kini ASEAN beranggota oleh hampir semua negara di  Asia  Tenggara  kecuali  Timor  Timur dan Papua New Guinea. Negara-negara anggota  ASEAN  terdiri  dari  10  negara  yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kemboja, Laos. Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam. Walaupun  ACFTA  sudah  tercetus  sejak 2001 namun perhatian ke ACFTA baru terasa di semester  II  2009.  Segala  potensi  risiko  seharusnya  seharusnya  sudah  diketahui  dan  dapat mulai  diantisipasi  ketika  ACFTA  mulai  tercetuspada  2001, Disaat negara lain berlomba membangun infrastruktur, listrik, memberikan insentif buat  investor,  dan  lain-lain,  Indonesia  seolah selalu  belum  dapat  mengimbangi  kecepatan pembangunan negara lain. ACFTA mempunyai keuntungan bagi negara  China  seperti  meningkatnya  investasi  Chinadi Indonesia. Untuk itu, Indonesia dituntut untuk bisa  mengatasi  infrastruktur,  bahan  baku,  meningkatkan  capacity  building  dan  daya  saing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),selama  Februari  2011,  perdagangan  Indonesia dengan China juga mencatat defisit US$ 324,5juta. Defisit neraca perdagangan nonmigas dengan China pada periode Januari-Oktober 2010mencapai US$ 5,3 miliar. Angka itu mengalami peningkatan sebesar US$ 1,4 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2009 senilai US$ 3,9 miliar. pulanPenerapan IFRS mulai 1 Januari 2012 di Indonesia perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional.  Penerapan  IFRS  ini  dilakukan  sebagai  upaya  untuk  memperkuat  arsitektur  keuangan  global  dan  mencari  solusi  jangka  panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama  : P.A.Balowo.
Dosen  : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA

AKUNTANSI INTERNASIONAL JURNAL 1



Topik/ Tema                                       : Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai  Tukar Mata Uang
Judul                                                     : Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai  Tukar Mata Uang terhadap
   Profitabilitas Bank Periode 2003-2007
Nama Penulis                                    :  1. Febrina Dwijayanthy
                                                                   2. Prima Naomi
               Dalam  perkembangan  sistem  perekonomian  dunia  saat  ini,  pergerakan  sistem  keuangan
yang  terjadi  di  dunia  juga  ikut  terkena  dampaknya.  Melihat  dari  perkembangan  sistem keuangan,  tidak  terlepas  dari  peran  perbankan  yang  secara  mutlak  menjadi  bagian didalamnya.  Kondisi  tersebut  tercermin  pada  kondisi Indonesia  saat  mengalami  krisis ekonomi  dan  moneter  pada  tahun  1997/1998. Pengambilan  sampel  dalam  penelitian  ini  menggunakan metode  purposive  sampling. Purposive  samplingadalah metode pengambilan sampel yang memiliki tujuan tertentu dan mampu  memberikan  informasi  yang  diinginkan  (Sekaran,  2006),  dan  ingin  melihat 91  Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Mata Uang, dan Profitabilitas Bank (D wijayanthy & Naomi)pengaruh dari faktor-faktor eksternal bank seperti  tingkat inflasi, BI  Rate, dan nilai tukar mata uang terhadap tingkat profitabilitas pada bank-bank, karena sekitar 1.943 bank (Bank Konvensional,  Unit Usaha  Syariah, Bank  Umum  Syariah,  Bank  Perkreditan  Rakyat)  yang terdaftar di Bank Indonesia, maka dipilih bank yangtercatat di LQ-45. Alasan pengambilan sampel tersebut karena bank-bank yang tercatat di LQ-45 dianggap bisa mewakili kinerja bank-bank yang sehat di Indonesia. Pembahasan ini dimulai dengan melakukan uji asumsi yang penting dilakukan untuk model penelitian  ini,  yaitu  uji  koliniearitas.  Uji  kolinieritas  tersebut  perlu  dilakukan  untuk meyakinkan bahwa tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dalam model regresi. Uji  ini  menjadi  sangat  penting,  karena  terdapat  beberapa  variabel  makro  dalam  penelitian  (inflasi, BI  Rate, dan nilai tukar mata uang) dan sering kali ada hubungan yang kuat satu sama lain, sementara penggunaan model regresi mengisyaratkan bahwa antar variabel bebas harus tidak terjadi kolinearitas. Inflasi  berpengaruh  negatif  terhadap  profitabilitas bank.  Naiknya  tingkat  inflasi  akan mengakibatkan suku bunga naik, sehingga masyarakat enggan meminjam pada bank. Selain itu  pada  sektor  riil  juga  enggan  untuk  menambah  modal  guna  membiayai  produksinya. Kedua  hal  tersebut  akan  berdampak  pada  penurunan  profit.  Inflasi  yang  tinggi menyebabkan  ketidakstabilan  makro  yang  mengakibatkan  meningkatnya  risiko  bank  dan selanjutnya berdampak pada profitbank, BI  Rateterbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitasbank. Dalam penelitian ini lebih  jauh  tampak  adanya  kolerasi  yang  cukup  antara inflasi  dan  BI  Rate,  karena  pada praktiknya BI Ratemerupakan kebijakan dari pemerintah sebagai dampakdari inflasi, Nilai tukar mata  uang terhadap profitabilitas bank  terbukti dan pengaruhnya bersifat negatif.  Hal  ini  menggambarkan  apabila  mata  uang  mengalami  apresiasi  atau  depresiasi maka akan berdampak profitbank.
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama  : P.A.Balowo.
Dosen  : Jessica Barus, SE.,MMSI.
UNIVERSITAS GUNADARMA